A. Sosiologi
Sosiologi berasal dari bahasa Latin,
yaitu Socius dan Logos. Socius berarti kawan/teman. Logos berarti ilmu
pengetahuan. Jadi, sosiologi adalah ilmu pengetahuan tentang masyarakat.
Sedangkan masyarakat itu sendiri adalah sekelompok individu yang mempunyai
hubungan, memiliki kepentingan bersama, dan memiliki budaya.
Sosiologi mempelajari masyarakat,
perilaku masyarakat, dan perilaku sosial manusia dengan mengamati perilaku
kelompok yang dibangunnya. Kelompok tersebut mencakup keluarga, suku bangsa,
negara dan berbagai organisasi politik, ekonomi, dan sosial.
Berikut ini adalah pengertian sosiologi
menurut beberapa ahli :
• Pitirim Sorokin
Sosiologi
adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka
macam gejala sosial (misalnya gejala ekonomi, gejala keluarga, dan gejala
moral), sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal
balik antara gejala sosial dengan gejala non-sosial, dan yang terakhir,
sosiologi adalah ilmu yang mempelajari ciri-ciri umum semua jenis gejala-gejala
sosial lain.
• Max Weber
Sosiologi adalah ilmu yang berupaya memahami
tindakan-tindakan sosial.
• Selo Sumardjan dan Soelaeman Soemardi
Sosiologi
adalah ilmu kemasyarakatan yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses
sosial termasuk perubahan sosial.
Menurut pengertian dari berbagai
tokoh, dapat disimpulkan bahwa sosiologi adalah ilmu yang membicarakan apa yang
sedang terjadi saat ini, khususnya pola hubungan masyarakat serta timbal balik
antara gejala-gejala sosial dengan gejala nonsosial.
B. Politik
Politik adalah suatu proses
pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang berwujud proses
pembuatan keputusan, khususnya negara. Menurut Aristoteles, politik adalah
usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama.
Selain itu, politik juga dapat dilihat dari
sudut pandang yang berbeda, antara lain:
• Politik adalah hal yang berkaitan dengan
penyelenggaraan pemerintahan dan Negara.
• Politik merupakan kegiatan yang diarahkan
untuk mendapatkan dan mempertahankan kekuasaan
di masyarakat.
•Politik adalah segala sesuatu tentang proses
perumusan dan pelaksanaan kebijakan politik.
C.
Sosiologi Politik
Sosiologi politik mempunyai beberapa
pengertian yang dilihat dari sudut berbeda beberapa ahli. Berikut ini adalah
beberapa pengertian sosiologi politik:
Sosiologi politik adalah cabang ilmu
sosiologi yang memperhatikan sebab dan akibat sosial dari distribusi kekuatan
di dalam masyarakat, dan dengan konflik-konflik sosial dan politik yang
berakibat pada perubahan terhadap alokasi kekuatan tersebut. Fokus utama dari
sosiologi politik adalah deskripsi, analisis, dan penjelasan tentang suatu
negara, suatu lembaga yang mengklaim monopoli terhadap legitimasi pengunaan
kekuatan terhadap suatu wilayah di masyarakat. Sementara ilmu politik terutama
berurusan dengan mesin pemerintahan, mekanisme administrasi publik, dan bidang
politik formal pada pemilihan umum, opini publik, dan perilaku politik.
Analisis sosiologi terhadap gejala politik lebih menitikberatkan pada hubungan
antara politik, struktur sosial, ideology, dan budaya (Gordon Marshall, 1998).
Sosiologi
politik adalah upaya untuk memahami dan campur tangan ke dalam hubungan yang
selalu berubah antara sosial dan politik. Intinya, ketidakmungkinan dalam
sosiologi politik membuat sosiologi politik itu penting.
Keberaadaan
suatu kata tidak mengindikasikan keberadaan suatu konsep. Demikian juga,
ketiadaan suatu kata tidak mengindikasikan ketiadaan suatu konsep. Karenanya
kata “social” mungkin ada tanpa konsep dan sebaliknya. Ini diterapkan ke semua
hubungan konsep kata bahwa seseorang yang melakukan sosiologi politik akan
menggunakan kata ras, gender, kelas, bangsa, orang, kekuasaan, negara, tekanan,
kekerasan, kekuatan, hukum, dan lain-lain.
Demikian disimpulkan bahwa sosiologi
politik adalah ilmu tentang kekuasaan, pemerintahan, otoritas, komando di
dalam semua masyarakat manusia, tidak hanya di dalam masyarakat nasional.
Pengertian tersebut pada dasarnya membedakan antara pemerintah dengan yang
diperintah. Di dalam suatu kelompok manusia terdapat orang yang memerintah dan
orang yang mematuhinya, terdapat mereka yang membuat keputusan dan orang-orang
yang menaati keputusan tersebut. Dapat dikatakan bahwa ilmu ini adalah gabungan
antara ilmu sosial dan politik yang berfokus pada hubungan antara masyarakat
dan pemerintah, dimana pemerintah lebih berperan untuk mengatur masyarakat
melalui lembaga kepemerintahannya.
Pengertian
Sosiologi Politik
Terdapat beberapa definisi tentang
sosiologi yang dikemukakan oleh berbagai tokoh sosiologi. Benang merahnya
adalah bahwa sosiologi pada dasarnya memusatkan perhatiannya pada masyarakat
dan individu, karena menurut sosiologi, masyarakat sebagai tempat interaksi
tindakan-tindakan individu di mana tindakan tersebut dapat mempengaruhi
masyarakat. Sosiologi juga memahami tentang lembaga sosial dan kelompok sosial
yang merupakan bagian dari masyarakat sebagai unit analisis sosiologi. Selain
itu sosiologi juga mempelajari tentang tatanan sosial serta perubahan sosial.
Politik berkaitan pelaksanaan
kegiatan dan sistem politik untuk tercapainya tujuan bersama yang telah
ditetapkan, dalam hal ini adanya penggunaan kekuasaan agar tujuan tersebut
dapat terlaksana. Perlu untuk dipahami bahwa tujuan yang telah ditentukan
tersebut merupakan tujuan publik dan bukannya tujuan individu.
Sedangkan sosiologi politik dasarnya
berhubungan dengan penggunaan kekuasaan dan wewenang dalam pelaksanaan kegiatan
sistem politik, yang banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor sosial budaya.
Sumbangan
Pemikiran Teori Klasik pada Sosiologi Politik
Dari
beberapa tokoh teori klasik sosiologi ada beberapa tokoh yang dianggap banyak
memberikan kontribusi dalam hal teori yang sampai sekarangpun masih digunakan
sebagai dasar berpikir dalam menjelaskan sosiologi politik. Tokoh tersebut
antara lain adalah Karl Marx, Max Weber dan Emile Durkheim. Ketiganya dapat
dianggap sebagai tokoh yang utama dalam teori klasik.
Meskipun
ketiganya tidak secara jelas menjelaskan tentang sosiologi politik tetapi
teori-teori dan konsep-konsep mereka tersebut dapat memberikan suatu pemahaman
yang mendalam tentang sosiologi politik dengan berdasarkan teori sosiologi
klasik.
Persamaan
ketiga tokoh tersebut dalam menjelaskan teorinya adalah:
a.Memberikan
analisis secara makro
b.Penjelasan
bersifat komparasi sejarah
c.Mengemukakan
adanya perubahan sosial
d.Teorinya
dapat diterapkan di semua tipe masyarakat
Setiap tokoh mempunyai pendekatan
dan konsep yang berbeda dalam memberikan kontribusi dalam sosiologi politik.
Marx dengan pendekatan materialisme historis dengan konsep tentang kelas,
eksploitasi, alinasi, negara serta ideologi. Pendekatan Weber adalah analisis
tipe ideal dan sosiologi intepretatif, dengan konsep rasionalisasi, otoritas,
kelompok status serta partai politik. Sedangkan pendekatan Durkheim adalah
fungsionalisme sosiologis melalui konsepnya solidaritas sosial, anomie dan
kesadaran kolektif. Konsep kekerabatan, agama, ekonomi, stratifikasi dan sistem
nilai dan kepercayaan bersama merupakan faktor-faktor sosial budaya yang banyak
memberikan pengaruh pada pelaksanaan sistem politik, di mana masing-masing
tokoh akan mengemukakan hipotesisnya dalam pelaksanaan kegiatan politik.
·
Faktor-faktor
Berpengaruh Terhadap Sikap Perilaku Politik Individu
Keluarga
Dari urain di atas nampak bahwa
peranan kehidupan keluarga dalam mendorong partisipasi politik seseorang cukup
signifikan. Setidaknya dalam keluarga yang memiliki minat politik yang tinggi,
cenderung homogen dalam pilihan politik, ditambah dengan tingkat kohesi
keluarganya yang cukup tinggi, kecenderungan seorang anak untuk berpartisipasi
dalam politik sebagaimana kehidupan politik keluargannya relatif tinggi.
Aspek-aspek kehidupan keluarga yang
secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi partisipasi politik
seorang anak, diantaranya karena:
a. Tingkat daya tarik keluarga bagi seorang
anak
b.Tingkat kesamaan pilihan (preferensi)
politik orang tua
c.Tingkat keutuhan (cohesiveness) keluarga
d.Tingkat minat orang tua terhadap politik
e.Proses sosialisasi politik keluarga
Agama
dan Ekonomi
Selain keluarga faktor yang
mempengaruhi perilaku politik individu adalah agama yang dianutnya. Dalam
kenyataan pendidikan anak dalam keluarga antara lain mengajarkan tentang
otoritas, yaitu otoritas orang tua. Otoritas ini merupakan perpaduan antara
otoritas politik dan agama. Sementara organisasi keagamaan di luar rumah pada
kenyataannya juga mensosialisasikan ajaran yang mengandung pendidikan politik.
Dengan demikian agama yang memuat nilai-nilai dan ajaran-ajaran juga dapat
mendorong individu untuk berpartisipasi dalam kegiatan politik.
Selain
itu secara ekonomi melalui partisipasi dalam serikat-serikat pekerja juga dapat
mendorong individu untuk ikut serta dalam kegiatan politik. Organisasi pekerja
merupakan ajang kampanye dan mobilisasi massa untuk dapat ikut berpolitik.
Stratifikasi
serta Sistem Nilai dan Kepercayaan
Perbedaan kelas sosial dalam suatu
masyarakat akan berpengaruh pada perbedaan keyakinan dan pola perilaku individu
di berbagai bidang kehidupan, termasuk kehidupan politik. Perbedaan kelas akan
tercermin pada praktik sosialisasi, aktivitas budaya, dan pengalaman sosialnya.
Tingkat partisipasi individu dalam voting dilukiskan dipengaruhi oleh tingkat
pendidikan, pendapatan, ras, jenis kelamin, umur, tempat tinggal, situasi, dan
status individu tersebut.
Perilaku
politik individu juga dipengaruhi oleh sistem nilai dan kepercayaan yang dianut
oleh masyarakat dimana individu tersebut tinggal. Pada masyarakat Indonesia
dijumpai sistem nilai dalam bermusyawarah. Sementara itu di Amerika Serikat
sistem sekolah dianggap sebagai agen sosialisasi politik.
Pengertian
Sosialisasi Politik
Terdapat
berbagai macam definisi untuk mengartikan pengertian sosialisasi politik.
Secara singkat dapat dikatakan bahwa sosialisasi politik adalah proses
internalisasi nilai, pengenalan dan pemahaman, pemeliharaan dan penciptaan,
serta proses eksternalisasi nilai-nilai dan pedoman politik dari individu/kelompok
ke individu/kelompok yang lain. Sosialisasi politik ini dapat dilakukan secara
langsung dan tidak langsung.
Agen-agen
Sosialisasi Politik
Dalam
suatu proses sosialisasi nilai dan perilaku politik diperlukan agen-agen
sosialisasi yang merupakan pihak yang melakukan transfer nilai. Agen pertama
adalah keluarga dimana individu menerima warisan nilai-nilai pada tahap awal
dalam hidupnya. Sosialisasi ini dapat terjadi secara represi atau
partisipatoris. Sekolah juga merupakan agen sosialisasi politik sebab sekolah
menjalankan fungsi transformasi ilmu pengetahuan, nilai dan sikap yang di
dalamnya juga termasuk ilmu, nilai, dan sikap politik. Sosialisasi politik juga
dapat melalui teman sebaya (peer group) yang sifatnya informal. Agen
sosialisasi terakhir adalah media, dimana berita yang dilihat atau dibaca
setiap hari merupakan sosialisasi yang efektif.
Pengertian
Partisipasi Politik
Bertitik tolak dari beberapa
definisi di atas, maka partisipasi politik secara umum bisa dikatakan merupakan
kegiatan seseorang atau sekelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam
kehidupan politik, dengan jalan memilih pemimpin negara dan secara langsung
maupun tidak langsung mempengaruhi kebijakannya.
Di
sisi lain, partisipasi politik pun diarahkan untuk memperkuat sistem politik
yang ada. Dalam tataran ini partisipasi politik dipandang sebagai bentuk
legitimasi dari sistem politik yang bersangkutan. Atau dengan kata lain
partisipasi politik menjadi salah satu indikator signifikan atas dukungan
rakyat baik terhadap pemimpinnya, kebijakan-kebijakan yang diambil oleh
pemimpinnya maupun bagi sistem politik yang diterapkannya.
Bentuk
dan Model Partisipasi Politik
Partisipasi pada dasarnya merupakan
kegiatan warga negara dalam rangka ikut serta menentukan berbagai macam
kepentingan hidupnya dalam ruang lingkup dan konteks masyarakat atau negara itu
sendiri. Karena itu partisipasi itu sendiri bisa beragam bentuk kegiatannya.
Bagaimana pun, ekspresi orang dalam mengemukakan atau dalam merespon berbagai
macam permasalahan dan kepentingan politiknya, satu sama lain akan
berbeda-beda. Uraian di atas memperlihatkan bahwa partisipasi politik sebagai
suatu bentuk kegiatan atau aktivitas dapat dilihat dari beberapa sisi. Ia bisa
dilihat sebagai bentuk kegiatan yang secara sadar maupun tidak sadar atau
dimobilisasi. Ia bisa dilakukan secara bersama-sama ataupun sendiri. Kemudian
dapat pula dilakukan langsung ataupun tidak langsung, melembaga ataupun tidak
melembaga sifatnya, dan seterusnya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya
partisipasi politik seseorang adalah berdasarkan tinggi rendahnya dan kombinasi
kedua faktor tersebut menghasilkan model partisipasi politik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar