BAB IV
ETIKA
BISNIS DALAM KEWIRAUSAHAAN
A.
Pengertian
Etika dan Etika Bisnis
Etika berasal dari kata Yunani ethos, yang dalam bentuk jamaknya ta
etha yang berarti
‘adat istiadat’ atau ‘kebiasaan’. Etika juga berkaitan dengan nilai-nilai, tata
cara hidup yang baik, aturan hidup yang baik, dan segala kebiasaan yang dianut
dan diwariskan dalam satu orang ke orang yang lain atau dari generasi ke
generasi yang lain. Etika bermaksud membantu manusia untuk bertindak secara
bebas tetapi dapat dipertanggungjawabkan.
Sedangkan
etika bisnis yaitu cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang mencangkup
seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan dan juga masyarakat.
Etika bisnis dalam suatu perusahaan dapat membentuk nilai, norma, dan perilaku
karyawan serta pimpinan dalam membangun hubungan yang adil dan sehat dengan
pelanggan atau mitra kerja, pemegang saham, dan masyarakat.
Jadi,
etika bisnis sebagai etika profesi yang membahas berbagai prinsip, kondisi, dan
masalah yang terkait dengan praktik bisnis yang lebih baik dan sopan santun. Etika
bisnis juga membantu para pelaku bisnis untuk melakukan pendekatan permasalahan
moral dalam bisnis secara tepat dan sebaliknya mendekati permasalahan yang
terjadi pada bisnis dengan pendekatan moral. Etika bisnis akan memberikan
pelajaran kepada para pelaku bisnis yang berhasil, tidak hanya bisnis yang
menuai keuntungan secara material saja, melainkan bisnis yang bergerak dalam
koridor etika yang membawa serta tanggung
jawab dan memelihara hubungan baik antar manusia yang terlibat didalamnya.
Etika bisnis memiliki tujuan yang sangat
penting yaitu menggugah kesadaran tentang dimensi etika dari kegiatan bisnis dan manajemen.
Mempraktikkan
bisnis dengan etika berarti mempraktikkan tata cara bisnis yang sopan dan santun
sehingga kehidupan bisnis menyenangkan karena saling menghormati. Etika
berbisnis diterapkan pada sikap kehidupan berkantor, sikap menghadapi
rekan-rekan bisnis, dan sikap di mana kita tergabung dalam organisasi. Seperti
senyum yang merupakan sebuah apresiasi yang tulus dan terima kasih, tidak
menyalah gunakan kedudukan, kekayaan, tidak lekas tersinggung, kontrol diri,
toleran, dan tidak memotong pembicaraan orang lain.
Dengan
kata lain, etika bisnis itu memelihara
suasana yang menyenangkan, menimbulkan rasa saling menghargai, meningkatkan
efisiensi kerja, dan meningkatkan citra pribadi dan perusahaan. Berbisnis
dengan etika bisnis adalah menerapkan aturan-aturan umum mengenai etika pada
perilaku bisnis. Etika bisnis menyangkut moral, kontak sosial, hak-hak dan
kewajiban, prinsip-prinsip dan aturan-aturan.
Dari
berbagai pandangan tentang etika bisnis, beberapa indikator yang dapat
dipakai untuk menyatakan apakah seseorang dan suatu perusahaan telah
melaksanakan etika bisnis dalam kegiatan usahanya antara lain ada indikator
ekonomi, indikator peraturan khusus yang berlaku, indikator hukum, indikator
ajaran agama, indikator budaya dan indikator etik dari masing-masing
pelaku bisnis.
1.
Indikator
Etika bisnis menurut ekonomi.
Apabila perusahaan atau pebisnis
telah melakukan pengelolaan sumber daya bisnis dan sumber daya alam secara
efisien tanpa merugikan masyarakat lain.
2.
Indikator
etika bisnis menurut peraturan khusus yang berlaku.
Berdasarkan indikator ini
seseorang pelaku bisnis dikatakan beretika dalam bisnisnya apabila
masing-masing pelaku bisnis mematuhi aturan-aturan khusus yang telah
disepakati sebelumnya.
3.
Indikator
etika bisnis menurut hukum.
Berdasarkan indikator hukum seseorang
atau suatu perusahaan dikatakan telah melaksanakan etika bisnis
apabila seseorang pelaku bisnis atau suatu perusahaan
telah mematuhi segala norma
hukum yang berlaku dalam
menjalankan kegiatan bisnisnya.
4.
Indikator
etika berdasarkan ajaran agama.
Pelaku bisnis
dianggap beretika bilamana dalam pelaksanaan bisnisnya senantiasa
merujuk kepada nilai- nilai ajaran agama yang dianutnya.
5.
Indikator
etika berdasarkan nilai budaya.
Setiap pelaku bisnis baik secara
individu maupun kelembagaan telah menyelenggarakan bisnisnya dengan mengakomodasi
nilai-nilai budaya dan adat istiadat yang ada disekitar operasi suatu
perusahaan, daerah dan suatu bangsa.
6.
Indikator
etika bisnis menurut masing-masing individu.
Apabila masing-masing pelaku bisnis
bertindak jujur dan tidak mengorbankan integritas pribadinya.
Dalam
menciptakan etika bisnis, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain
:
1.
Pengendalian
diri.
Mampu mengendalikan diri untuk tidak
memperoleh apapun dari siapapun dan dalam bentuk apapun.
2.
Pengembangan
tanggung jawab sosial (social responsibility).
Pebisnis dituntut untuk peduli dengan
keadaan masyarakat sekitar, seperti memberikan sumbangan kepada masyarakat.
3.
Mempertahankan
jati diri dan tidak mudah untuk terombang-ambing oleh pesatnya perkembangan
informasi dan teknologi.
Perkembangan informasi dan teknologi itu
harus dimanfaatkan untuk meningkatkan kepedulian bagi golongan yang lemah dan
tidak kehilangan budaya yang dimiliki akibat adanya transformasi dan teknologi.
4.
Menciptakan
persaingan yang sehat.
Persaingan dalam dunia bisnis perlu
untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas, tetapi persaingan tersebut tidak
mematikan yang lemah dan sebaliknya.
5.
Menerapkan
konsep “pembangunan berkelanjutan”.
Maksudnya pebisnis harus memikirkan
tentang bagaimana keadaan dimasa depan dengan keadaan dimasa yang akan datang.
Jadi tak hanya memikirkan keuntungan sesaat saja.
6.
Menghindari
sifat 5K (Katabelece, Kongkalikong, Koneksi, Kolusi, dan Komisi).
Jika pebisnis dapat menghindari
sifat-sifat ini maka tak akan ada lagi yang namanya korupsi , manipulasi, serta
bentuk curang lainnya yang merugikan seperti mencemarkan nama baik bangsa dan
negara.
7.
Mampu
menyatakan yang benar itu benar.
Jika memang apa yang dilakukan oleh
pebisnis itu benar maka harus bisa menyakinkan perusahaan lain atau mitra bisnis
dengan menyatakan hal itu benar dan tidak dimanipulasi.
8.
Konsekuen
dan konsisten dengan aturan main yang telah disepakati bersama.
Jika suatu perusahaan tidak konsisten
terhadap mitra bisnisnya atau perusahaan lain, maka perusahaan itu tak akan dipercaya
lagi oleh perusahaan lain serta akan mengalami kebangkrutan secara perlahan.
9.
Menumbuh
kembangkan kesadaran dan rasa memiliki terhadap apa yang telah disepakati.
Jika etika ini dimiliki oleh semua
pebisnis maka sudah jelas semua akan memberikan suatu ketentraman dan
kenyamanan dalam berbisnis.
10.
Perlu
adanya sebagian etika bisnis yang dituangkan dalam suatu hukum positif yang
berupa peraturan perundang-undangan.
Dengan adanya peraturan di dalam
undang-undang maka tidak akan ada lagi yang berani melakukan tindak kejahatan
atau melanggar etika bisnis yang telah disepakati.
Jika
aturan secara umum mengenai etika mengatakan, bahwa berlaku tidak jujur adalah
tidak bermoral dan beretika, maka setiap insan bisnis yang tidak berlaku jujur
dengan pegawainya, pelanggan, kreditur, pemegang usaha maupun pesaing dan
masyarakat, maka ia dikatakan tidak etika dan tidak bermoral.
Intinya
adalah bagaimana kita mengontrol diri kita sendiri untuk dapat menjalani bisnis
dengan baik dengan cara peka dan toleransi. Dengan kata lain, etika bisnis
untuk mengontrol bisnis agar tidak tamak.
Von
der Embse dan R.A. Wagley dalam artikelnya di Advance Managemen Jouurnal
(1988), memberikan tiga pendekatan dasar dalam merumuskan tingkah laku etika
bisnis, yaitu :
1.
Utilitarian Approach.
Setiap tindakan harus didasarkan pada
konsekuensinya. Oleh karena itu, dalam bertindak seseorang seharusnya mengikuti
cara-cara yang dapat memberi manfaat sebesar-besarnya kepada masyarakat, dengan
cara yang tidak membahayakan dan dengan biaya serendah-rendahnya.
2.
Individual Rights
Approach.
Setiap orang dalam tindakan dan
kelakuannya memiliki hak dasar yang harus dihormati. Namun tindakan ataupun
tingkah laku tersebut harus dihindari apabila diperkirakan akan menyebabkan
terjadi benturan dengan hak orang lain.
3.
Justice Approach.
Para pembuat keputusan mempunyai
kedudukan yang sama, dan bertindak adil dalam memberikan pelayanan kepada
pelanggan baik secara perseorangan ataupun secara kelompok.
Etika
bisnis dalam perusahaan memiliki peran yang sangat penting, yaitu untuk
membentuk suatu perusahaan yang kokoh dan memiliki daya saing yang tinggi serta
mempunyai kemampuan menciptakan value-creation (nilai) yang tinggi, diperlukan
suatu landasan yang kokoh.
Biasanya
dimulai dari perencanaan strategis, organisasi yang baik, sistim prosedur yang
transparan didukung oleh budaya perusahaan yang handal serta etika perusahaan
yang dilaksanakan secara konsisten dan konsekuen.
Haruslah
diyakini bahwa pada dasarnya praktik etika bisnis akan selalu menguntungkan
perusahaan baik untuk jangka menengah maupun jangka panjang, karena :
1.
Mampu
mengurangi biaya akibat dicegahnya kemungkinan terjadinya friksi, baik intern
perusahaan maupun dengan eksternal.
2.
Mampu
meningkatkan motivasi pekerja.
3.
Melindungi
prinsip kebebasan berniaga.
4.
Mampu
meningkatkan keunggulan bersaing.
B.
Kegiatan-Kegiatan
yang Menyangkut Etika Bisnis
Kegiatan bisnis yang menggunakan etika bisnis di kelompokkan
dalam 3 bidang, yakni :
1.
Kegiatan perdagangan : jual-beli.
Dalam kegiatan
jual beli, biasanya terdapat kontak komunikasi antara penjual dan pembeli.
dimana penjual memiliki inisiatif untuk membuka dialog dengan menggunakan tutur
bahasa yang baik, ramah, dan sopan. Penjual/pebisnis mampu menyampaikan pesan
mengenai produk dengan efektif dan efisien agar tersampaikan dan dapat menarik
minat konsumen untuk membeli.
Gambar 4.1
2.
Etika
bisnis dalam bidang pemasaran.
Dalam kegiatan ini terdapat beberapa
sikap yang digunakan oleh pengusaha dimana dalam setiap produk harus dilakukan
promosi untuk memberitahukan atau menawarkan produk atau jasa agar mudah dan
cepat dikenali oleh masyarakat dengan harapan kenaikan pada tingkat
pemasarannya.
3.
Bisnis
kegiatan jasa.
Bisnis dalam bidang ini merupakan bisnis
yang mengutamakan kualitas dalam hal pelayanan. Dimana pebisnis lebih
menekankan untuk melakukan hubungan komunikasi yang baik terhadap pelanggan
agar dapat memberikan jasa dengan segera dan memuaskan. kualitas
jasa akan tergantung pada jenis industri jasa yang akan dinilai.
Didalam
kegiatan juga terdapat sikap-sikap etika bisnis yang dapat dilakukan dalam
kegiatan sehari hari seperti :
1.
Jujur
tidak berbohong kepada sesama pekerja.
2.
Bersikap
Dewasa tidak kekanak-kanakan.
3.
Lapang
dada dalam berkomunikasi.
4.
Menggunakan
panggilan/sebutan orang yang baik.
5.
Menggunakan
pesan bahasa yang efektif dan efisien.
6.
Tidak
mudah emosi/emosional.
7.
Berinisiatif
sebagai pembuka dialog.
8.
Berbahasa
yang baik, ramah dan sopan.
9.
Menggunakan
pakaian/seragam yang pantas dan yang telah disesuaikan.
10.
Bertingkah
laku yang baik.
Menurut
Richard T.de George, kegiatan yang menyangkut etika bisnis ada empat, yakni :
1.
Penerapan
prinsip-prinsip umum dalam praktik bisnis.
Berdasarkan prinsip-prinsip etika bisnis
itu kita dapat menyoroti dan menilai apakah suatu keputusan atau tindakan yang
diambil dalam dunia bisnis secara etika dapat dibenarkan atau tidak. Dengan
demikian, etika bisnis membantu para pelaku bisnis untuk mencari cara guna
mencegah tindakan yang dinilai tidak etis.
2.
Etika
bisnis menyangkut penerapan prinsip-prinsip pada dunia bisnis.
Etika bisnis mengkaji apakah perilaku
yang dinilai etis pada individu juga dapat berlaku pada organisasi atau
perusahaan bisnis. Selanjutnya etika bisnis menyoroti apakah perusahaan mempunyai
tanggung jawab sosial atau tidak.
3.
Bidang
telaah etika bisnis.
Etika bisnis mengkaji moralitas sistim
ekonomi pada umumnya dan ekonomi publik pada khususnya (bidang masalah keadilan
sosial, hak milik, dan persaingan)
4.
Etika
bisnis menyentuh bidang yang sangat makro.
Yakni bidang operasi perusahaan
multinasional, jaringan konglomerat internasional, dan lain sebagainya.
C.
Empat
Tahap Kerangka Kerja
Menurut Zimmerer (1996), kerangka kerja etika dapat dikembangkan
melalui empat tahap, yakni:
1.
Tahap Pertama.
Mengakui
dimensi-dimensi etika yang ada sebagai suatu alternatif atau suatu keputusan.
Artinya, sebelum wirausaha menginformasikan suatu keputusan etika yang dibuat,
lebih dahulu ia harus mengakui etika yang ada.
2.
Tahap Kedua.
Mengidentifikasikan stakeholders
kunci yang terlibat dalam pengambilan keputusan. Setiap keputusan bisnis akan
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh barbagai stakeholders. Karena konflik dalam
stakeholders dapat mempengaruhi pembuatan keputusan, maka sebelum keputusan itu
dibuat terlebih dahulu harus dihindari konflik antar stakeholders.
3.
Tahap Ketiga.
Membuat pilihan
alternatif dan membedakan antara respons dan bukan etika. Ketika membuat
pilihan alternatif respon etika dan bukan etika, serta mengevaluasi yang mana
yang dampak negatif dan yang mana yang dampak positifnya, manajer akan
menemukan beberapa hal sebagai berikut :
a)
Prinsip-prinsip dan etika perilaku.
b)
Hak-hak moral.
c)
Keadilan.
d)
Konsekuensi dan hasil.
e)
Pembenaran publik.
f)
Intuisi dan pengertian wawasan.
4.
Tahap Keempat.
Memilih respon etika
yang terbaik dan mengimplementasikannya. Pilihan tersebut harus konsisten
dengan tujuan, budaya, dan sistim nilai perusahaan serta dengan keputusan
individu-individu.
D.
Prinsip
Etika yang Mengarah ke Perilaku Bisnis
Prinsip mengandung pengertian bahwa
manusia dapat bertindak secara bebas berdasarkan kesadaran tentang apa yang
dianggap baik untuk dilakukan. Yang artinya kebebasan yang bertanggung jawab.
Prinsip etika dalam berbisnis yaitu :
1.
Prinsip
Otonomi.
Otonomi adalah sikap dan kemampuan
manusia untuk bertindak berdasarkan kesadarannya sendiri. Bertindak secara
otonomi mengandaikan adanya kebebasan mengambil keputusan dan bertindak menurut
keputusan itu. Otonomi juga mengandaikan adanya tanggung jawab. Dalam dunia
bisnis, tanggung jawab seseorang meliputi tanggung jawab terhadap dirinya
sendiri, pemilik perusahaan, konsumen, pemerintah, dan masyarakat.
2.
Prinsip
Kejujuran.
Prinsip kejujuran meliputi pemenuhan
syarat-syarat perjanjian atau kontrak, mutu barang atau jasa yang ditawarkan,
dan hubungan kerja dalam perusahaan, baik berupa kepercayaan komersial,
material, maupun moril. Prinsip ini paling problematik karena masih banyak
pelaku bisnis melakukan penipuan.
3.
Prinsip
Tidak Berbuat Jahat dan Berbuat Baik.
Prinsip ini mengarahkan agar kita secara
aktif dan maksimal berbuat baik atau menguntungkan orang lain, dan apabila hal
itu tidak bisa dilakukan, kita minimal tidak melakukan sesuatu yang merugikan
orang lain atau mitra bisnis.
4.
Prinsip
Keadilan.
Prinsip ini menuntut agar kita
memberikan apa yang menjadi hak seseorang di mana prestasi dibalas dengan
kontra prestasi yang sama nilainya.
Gambar
4.2
5.
Prinsip
Hormat Pada Diri Sendiri.
Prinsip ini mengarahkan agar kita
memperlakukan seseorang sebagaimana kita ingin diperlakukan dan tidak akan
memperlakukan orang lain sebagaimana kita tidak ingin diperlakukan.
6.
Prinsip
saling menguntungkan.
Prinsip ini menuntut agar semua pihak
berusaha untuk saling menguntungkan satu sama lain.
7.
Prinsip
integritas moral.
Prinsip ini menyarankan dalam berbisnis
selayaknya dijalankan dengan tetap menjaga nama baik perusahaan.
E.
Masalah
dan Tantangan Etika Bisnis yang Dihadapi Wirausaha
Masalah etika bisnis akhir-akhir ini
semakin banyak dibicarakan di negara-negara berkembang maupun negara-negara
maju. Masalah ini tidak terlepas dari semakin berkembangnya dunia usaha sebagai
hasil pembangunan selama ini. Peran dunia usaha dalam perekonomian sangat
cepat. Kegiatan bisnis yang semakin merebak telah menimbulkan tantangan baru
bagi para wirausaha, yakni adanya tuntutan praktik bisnis yang baik, yang etis,
yang juga menjadi tuntutan kehidupan bisnis di negara-negara di dunia.
Masalah
juga tumbuh melalui gejala kurangnya rasa solidaritas, tanggungjawab sosial,
tingkat kejujuran, saling curiga, dan sulit percaya kepada seorang pengusaha
jika berhubungan untuk pertama kali. Kepercayaan baru terbentuk jika sudah
terjadi transaksi beberapa kali. Namun ada saja yang mencari peluang untuk
menipu, setelah terjadi hubungan dagang yang mulus dan lancar beberapa kali,
dan pembayaran lancar kalau sudah saling percaya. Tapi akhirnya yang satu
menipu yang lainnya dan memanfaatkan kepercayaan yang baru terbentuk.
Ada tiga jenis masalah etika bisnis yang
dihadapi oleh wirausaha, yakni :
1.
Masalah
sistimatik.
Masalah-masalah sistimatik dalam etika
bisnis biasanya pertanyaan-pertanyaan yang muncul mengenai sistim ekonomi,
politik, hukum, dan sistim sosial lainnya dimana bisnis itu beroperasi.
2.
Masalah
individu.
Permasalahan individu dalam etika bisnis
adalah pertanyaan yang muncul seputar individu tertentu dalam perusahaan.
Masalah ini termasuk pertanyaan tentang moralitas keputusan, tindakan, dan karakteristik
individu.
3.
Masalah
korporasi.
Permasalahan korporasi dalam perusahaan
bisnis adalah pertanyaan-pertanyaan yang dalam perusahaan-perusahaan tertentu.
Permasalahan ini mencangkup pertanyaan tentang moralitas, aktivitas, praktik,
dan struktur organisasional perusahaan individu sebagai keseluruhan.
Banyak hal yang berhubungan dengan
masalah etika bisnis yang sering dilakukan oleh wirausaha atau pebisnis yang
tidak bertanggung jawab. Berbagai hal tersebut merupakan bentuk dari persaingan
yang tidak sehat oleh para wirausaha atau pebisnis yang ingin menguasai pasar.
Selain untuk menguasai pasar, terdapat faktor lain yang juga mempengaruhi para
wirausaha atau pebisnis untuk memperoleh
keuntungan yang sangat besar.
Secara umum masalah-masalah yang sering
dijumpai dalam etika bisnis, yakni :
1.
Suap
(Bribery).
Menyogok suatu perusahaan lain atau
pemerintah untuk bekerja sama dengan perusahaannya. Hal itu dilakukan karena
sang pebisnis tak ingin bersaing dengan perusahaan lain yang lebih baik dari
perusahaannya dan pebisnis itu menginginkan cara cepat untuk mendapatkan
konsumen.
Gambar
4.3
2.
Paksaan
(Coercion).
Paksaan adalah memaksa pihak lain untuk
berperilaku dengan cara spontan (baik melakukan tindakan atau tidak bertindak)
dengan menggunakan ancaman, intimidasi, penipuan atau bentuk lain dari tekanan.
Tindakan seperti itu digunakan sebagai leverage, untuk memaksa korban bertindak
dengan cara yang dikehendaki. Pemaksaan mungkin melibatkan hukuman fisik atau
kerusakan psikologis dalam rangka untuk meningkatkan kredibilitas dari sebuah
ancaman.
3.
Penipuan
(Deception).
Penipuan adalah tindakan seseorang
dengan tipu muslihat, rangkaian kebohongan, nama palsu dan keadaan palsu dengan
maksud menguntungkan sang wirausaha dengan tiada hak. Rangkaian kebohongan itu
tersusun sedemikian rupa yang seolah-olah itu merupakan cerita sesuatu yang
seakan-akan benar.
4.
Pencurian
(Thef).
Pencurian yakni mengambil sesuatu yang
bukan miliknya dengan maksud untuk memiliki.
Gambar
4.4
5.
Diskriminasi
tidak jelas (Unfair discrimination).
Yakni perlakuan tidak adil atau penolakan
terhadap orang-orang tertentu yang disebabkan oleh ras, jenis kelamin, agama,
budaya, dan lain sebagainya.
Selain
masalah yang dihadapi oleh wirausaha, terdapat juga tantangan yang dihadapi
oleh wirausaha mengenai etika bisnis. Tantangan tersebut yaitu :
1.
Inovasi,
Perubahan Dan Lapangan Kerja.
Aspek bisnis yang paling menimbulkan
pertanyaan menyangkut etika adalah inovasi dan perubahan. Sering terjadi
tekanan untuk berubah membuat perusahaan atau masyarakat tidak mempunyai
pilihan lain. Perusahaan harus menanam modal pada mesin dan pabrik baru yang
biasanya menimbulkan masalah karena ketidakcocokan antara keahlian tenaga kerja
yang dimiliki dan yang dibutuhkan oleh teknologi baru. Sedangkan perusahaan
yang mencoba menolak perubahan teknologi biasanya menghadapi ancaman yang cukup
besar sehingga memperkuat alasan perlunya melakukan perubahan. Keuntungan
ekonomis dari inovasi dan perubahan biasanya digunakan sebagai pembenaran yang
utama.
Sayangnya biaya sosial dari perubahan jarang dibayar oleh para promotor inovasi. Biaya tersebut berupa hilangnya pekerjaan, perubahan dalam masyarakat, perekonomian, dan lingkungan. Biaya-biaya ini tidak mudah diukur. Tantangan sosial yang paling mendasar berasal dari masyarakat yang berdiri di luar proses. Dampak teknologi baru bukan mustahil tidak dapat diprediksi. Kewaspadaan dan keterbukaan yang berkesinambungan merupakan tindakan yang penting dalam usaha/perusahaan untuk memenuhi kewajibannya.
Dampak inovasi dan perubahan terhadap tenaga kerja menimbulkan banyak masalah dibanding aspek pembangunan lainnya. Banyak pegawai menganggap inovasi mengecilkan kemampuan mereka. Hal ini mengubah kondisi pekerjaan serta sangat mengurangi kepuasan kerja. Perusahaan mempunyai tanggung jawab yang lebih besar untuk menyediakan lapangan kerja dan menciptakan tenaga kerja yang mampu bekerja dalam masa perubahan. Termasuk di dalamnya adalah mendukung, melatih, dan mengadakan sumber daya untuk menjamin orang-orang yang belum bekerja memiliki keahlian dan dapat bersaing untuk menghadapi dan mempercepat perubahan.
Sayangnya biaya sosial dari perubahan jarang dibayar oleh para promotor inovasi. Biaya tersebut berupa hilangnya pekerjaan, perubahan dalam masyarakat, perekonomian, dan lingkungan. Biaya-biaya ini tidak mudah diukur. Tantangan sosial yang paling mendasar berasal dari masyarakat yang berdiri di luar proses. Dampak teknologi baru bukan mustahil tidak dapat diprediksi. Kewaspadaan dan keterbukaan yang berkesinambungan merupakan tindakan yang penting dalam usaha/perusahaan untuk memenuhi kewajibannya.
Dampak inovasi dan perubahan terhadap tenaga kerja menimbulkan banyak masalah dibanding aspek pembangunan lainnya. Banyak pegawai menganggap inovasi mengecilkan kemampuan mereka. Hal ini mengubah kondisi pekerjaan serta sangat mengurangi kepuasan kerja. Perusahaan mempunyai tanggung jawab yang lebih besar untuk menyediakan lapangan kerja dan menciptakan tenaga kerja yang mampu bekerja dalam masa perubahan. Termasuk di dalamnya adalah mendukung, melatih, dan mengadakan sumber daya untuk menjamin orang-orang yang belum bekerja memiliki keahlian dan dapat bersaing untuk menghadapi dan mempercepat perubahan.
2.
Pasar
Dan Pemasaran.
Monopoli adalah contoh yang paling
ekstrem dari distorsi dalam pasar. Ada banyak alasan untuk melakukan konsentrasi
industri, misalnya meningkatkan kemampuan berkompetisi, memudahkan permodalan,
hingga semboyan “yang terkuat adalah yang menang”. Penyalahgunaan kekuatan
pasar melalui monopoli merupakan perhatian klasik terhadap bagaimana pasar dan
pemasaran dilaksanakan. Kecenderungan untuk berkonsentrasi dan kekuatan nyata
dari perusahaan raksasa harus dilihat secara hati-hati. Banyak kritik diajukan
pada aspek pemasaran, misalnya penyalahgunaan kekuatan pembeli, promosi barang
yang berbahaya, menyatakan nilai yang masih diragukan, atau penyalahgunaan
spesifik lain, seperti iklan yang berdampak buruk bagi anak-anak. Diperlukan
kelompok penekan untuk mengkritik tingkah laku perusahaan. Negara pun dapat
menentukan persyaratan dan standar.
3.
Pengurus
Dan Gaji Direksi.
Unsur kepengurusan adalah bagian penting
dari agenda kebijaksanaan perusahaan karena merupakan kewajiban yang nyata
dalam bertanggungjawab terhadap barang dan dana orang lain. Perusahaan wajib
melaksanakan pengurusan manajemen dengan tekun atas semua harta yang
dipertanggungjawabkan pada pemberi tugas. Tugas terutama berada pada pundak
direksi yang diharapkan bertindak loyal, dapat dipercaya, serta ahli dalam
menjalankan tugasnya. Mereka tidak boleh menyalahgunakan posisinya. Mereka
bertanggung jawab pada perusahaan juga undang-undang. Dalam hal ini auditing
memegang peranan penting dalam mempertahankan stabilitas antara kebutuhan
manajer untuk menjalankan tugasnya dan hak pemegang saham untuk mengetahui apa
yang sedang dikerjakan para manajer. Perdebatan mengenai gaji direksi terjadi
karena adanya ketidakadilan dalam proses penentuannya, ruang gerak yang
dimungkinkan bagi direksi, kurang jelasnya hubungan antara kinerja organisasi
dan penggajian, paket-paket tambahan tersembunyi dan kelemahan dalam pengawasan.
Tampaknya gaji para direksi meningkat, sementara tingkat pertumbuhan pendapatan
rata-rata cenderung menurun, dan nilai saham berfluktuasi. Hal ini menimbulkan
kritik dan kesadaran untuk menyoroti kenaikan gaji para eksekutif senior.
Informasi dan pembatasan eksternal merupakan unsur penting dalam upaya
menyelesaikan penyalahgunaan yang terjadi.
4.
Tantangan
Multinasional.
Yang sering terjadi, yakni perusahaan
internasional mengambil tindakan yang tidak dapat diterima secara lokal. Banyak
pertanyaan mendasar bagi perusahaan multinasional, seperti kemungkinan masuknya
nilai moral budaya ke budaya masyarakat lain, atau kemungkinan perusahaan
mengkesploitasi lubang-lubang perundang-undangan dalam sebuah negara demi
kepentingan mereka. Dalam praktiknya, perusahaan internasional mempengaruhi
perkembangan ekonomi sosial masyarakat suatu negara. Mereka dapat mensukseskan
aspirasi negara atau justru malah membuat frustasi dengan menghambat tujuan
nasional. Hal ini meningkatkan kewajiban bagi perorangan maupun industri untuk
melaksanakan aturan kode etik secara internal maupun eksternal.
F.
Norma
dalam Berbisnis
Norma umum dalam kaitan hubungan dengan
berbisnis adalah suatu pedoman bagi para pelaku bisnis untuk melakukan bisnis
sesuai dengan prinsip yang dipegang oleh lingkungan di mana bisnis itu
dilakukan. Mengeksploitasi kekayaan alam secara berlebihan dan mencemari
lingkungan adalah salah satu kegiatan yang sangat melanggar norma umum secara
universal. Setiap manusia memiliki hak yang sama untuk menikmati kekayaan alam,
namun tidak juga hak tersebut dapat ‘dirampas’ oleh segelintir orang yang
mempunyai kepentingan bisnis, dan memperkaya hak nya. Norma-norma yang sering
dijumpai dalam etika bisnis adalah norma umum dan norma khusus. Norma adalah
aturan dan perintah yang harus ditaati oleh seluruh manusia dan menjadikan
norma tersebut sebagai petunjuk (pedoman) dalam kehidupan bermasyarakat. Norma
umum adalah norma yang bersifat umum (universal), lebih bersifat menyeluruh dan
norma ini berlaku kepada siapa saja, kapan saja, dimana saja dan apa saja.
Sedangkan norma khusus adalah norma yang bersifat khusus, dan norma ini berlaku
pada kehidupan tertentu seperti, pada saat kita bergaul yang memiliki aturan
bahwa dalam pergaulan harus ada tata krama, sopan santun, simpati, dapat
menjaga emosi serta tidak menyakiti hati dan perasaan orang lain (teman kita
sendiri).
Begitu pula dalam berbisnis ada etikanya
supaya menarik simpati orang yang diajak untuk berbisnis (rekan bisnisnya).
Norma akan mengajarkan seseorang bagaimana suatu bisnis dapat dijalankan tanpa
harus melanggar peraturan yang berlaku, tanpa kita sadari bahwa norma-norma
yang telah kita taati juga ada pada diri kita sendiri. Dalam kehidupan
sehari-hari kita telah menjalankan norma tersebut dengan baik dan benar,
seperti saat kita bergaul kita harus berperilaku yang baik, tata karma yang
baik serta sopan santun yang baik. Dan kita dapat memilah-milah tindakan apa
yang akan di ambil. Apakah harus berperilaku baik, ataukah kita harus
berperilaku buruk.
Norma dalam etika bisnis ialah kita harus mematuhi beberapa norma yang ada. Norma hukum wajib ada pada suatu bisnis. Karena dengan adanya norma hukum ini seseorang yang hendak melakukan bisnis dapat mematuhi segala aturan-aturan dan hukum yang berlaku, serta dapat menjauhi larangannya bila tidak ingin mendapatkan sanksi, oleh karena itu norma hukum ini bersifat lebih nyata, dibuat oleh badan hukum yang berwenang, berlaku secara universal (menyeluruh). Bila dilanggar, maka norma hukum ini wajib memberikan sanksi (hukuman) yang tegas sesuai dengan peraturan yang berlaku pada norma hukum.
Norma dalam etika bisnis ialah kita harus mematuhi beberapa norma yang ada. Norma hukum wajib ada pada suatu bisnis. Karena dengan adanya norma hukum ini seseorang yang hendak melakukan bisnis dapat mematuhi segala aturan-aturan dan hukum yang berlaku, serta dapat menjauhi larangannya bila tidak ingin mendapatkan sanksi, oleh karena itu norma hukum ini bersifat lebih nyata, dibuat oleh badan hukum yang berwenang, berlaku secara universal (menyeluruh). Bila dilanggar, maka norma hukum ini wajib memberikan sanksi (hukuman) yang tegas sesuai dengan peraturan yang berlaku pada norma hukum.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
peran antara etika dengan norma sangat penting dalam menjalankan suatu bisnis.
Dengan mematuhi norma umum, norma khusus, norma hukum, serta norma-norma
lainnya, maka para pelaku bisnis akan dapat menjalankan kegiatan bisnisnya
dengan baik, tetap berpegang teguh pada petunjuk (pedoman), dan memiliki
konsekuensi yang tinggi serta dapat mempertanggung jawabkan terhadap apa yang
telah dilakukan dalam berbisnis. Norma berlaku pada siapa saja, apa saja, kapan
saja, dan dimana saja. Selain itu norma berlaku tidak hanya dalam kegiatan
ekonomi (bisnis) melainkan juga dalam kehidupan sehari-hari, baik kehidupan
pribadi maupun dalam kehidupan bermasyarakat.
G.
Tanggung
Jawab Sosial Perusahaan
Tanggung
jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) adalah suatu
konsep bahwa organisasi, khususnya perusahaan memiliki suatu tanggung
jawab terhadap konsumen, karyawan, pemegang saham, komunitas dan lingkungan dalam segala aspek operasional
perusahaan.
CSR
berhubungan erat dengan ‘pembangunan
berkelanjutan’, di mana ada argumentasi bahwa suatu perusahaan dalam
melaksanakan aktivitasnya harus mendasarkan keputusannya tidak semata
berdasarkan faktor keuangan, misalnya keuntungan atau dividen melainkan
juga harus berdasarkan konsekuensi sosial dan lingkungan untuk saat ini maupun
untuk jangka panjang.
Peranan tanggung jawab sosial perusahaan
meliputi :
1.
Suatu
Tanggung Jawab Terhadap Konsumen.
a)
Praktik
tanggung jawab produksi
Produk sebaiknya dihasilkan dengan cara
yang menjamin keselamatan pelanggan. Produk sebaiknya memiliki label peringatan
yang semestinya guna mencegah kecelakaan yang dapat ditimbulkan dari penggunaan
yang salah. Untuk beberapa produk, informasi mengenai efek samping yang mungkin
terjadi perlu disediakan.
b)
Praktik
Tanggung Jawab Penjualan.
Perusahaan perlu petunjuk yang membuat
karyawan tidak berani menggunakan strategi penjualan yang terlalu agresif atau
advertensi yang menyesatkan dan juga memakai survei kepuasan pelanggan untuk
meyakinkan bahwa pelanggan diperlakukan dengan semestinya oleh karyawan bagian
penjualan.
c)
Perusahaan
Menjamin Tanggung Jawab Sosial kepada Pelanggan, dengan cara :
1)
Ciptakan
kode etik.
Perusahaan dapat menciptakan kode etik
bisnis yang memberikan serangkaian petunjuk untuk kualitas produk, sekaligus
sebagai petunjuk bagaimana karyawan, pelanggan, dan pemilik seharusnya
dipelihara.
2)
Custumer
service yang baik.
Perusahaan harus yakin bahwa pelanggan
mempunyai telephone yang dapat mereka hubungi apabila mereka mempunyai keluhan mengenai
kualitas produk atau bagaimana mereka diperlakukan oleh para karyawan.
Perusahaan dapat berusaha mencari sumber keluhan dan harus dapat menyakinkan
bahwa problem tersebut tidak timbul lagi.
d)
Konsumerisme
juga Menjamin Tanggung Jawab terhadap Pelanggan.
Tanggung jawab perusahaan terhadap
pelanggan didorong tidak hanya oleh perusahaan, tetapi juga oleh sekelompok
konsumen tertentu. Konsumerisme mewakili permintaan kolektif pelanggan dimana
bisnis memenuhi kebutuhan mereka.
e)
Pemerintah
Menjamin Tanggung Jawab terhadap Pelanggan.
Sebagai tambahan dari kode tanggung
jawab perusahaan dan gelombang konsumerisme, pemerintah cenderung menjamin
tanggung jawab kepada pelanggan dengan berbagai hukum atas keamanan produk,
iklan, dan kompetika industri.
2.
Tanggung
Jawab terhadap Karyawan.
Perusahaan juga memiliki tanggung jawab
terhadap karyawannya guna memastikan keselamatan mereka, perlakuan yang
semestinya oleh karyawan lain, dan peluang yang setara.
a)
Keselamatan
Karyawan.
Perusahaan harus memastikan bahwa tempat
kerja aman bagi karyawan dengan memantau secara ketat proses produksi. Beberapa
tindakan pencegahan adalah memeriksa mesin dan peralatan guna memastikan bahwa
semuanya berfungsi dengan baik, mengharuskan digunakannya kacamata keselamatan
atau peralatan lainnya yang dapat mencegah terjadinya cedera, dan menekankan
tindakan pencegahan khusus dalam seminar-seminar pelatihan.
b)
Perlakuan
yang Semestinya oleh Karyawan Lain.
Keragaman tidak hanya terbatas pada
jender dan suku. Karyawan dapat berasal dari latar belakang yang sepenuhnya
berbeda dan memiliki keyakinan yang berbeda, sehingga dapat menimbulkan konflik
ditempat kerja. Banyak perusahaan mencoba untuk mengintegrasikan karyawan
dengan latar belakang yang berbeda agar mereka belajar bekerja sama guna
mencapai tujuan bersama perusahaan sekalipun mereka memiliki pandangan yang
berbeda mengenai masalah-masalah di luar kerja. Banyak perusahaan merespons
terhadap meningkatnya keragaman antar
karyawan dengan menawarkan seminar mengenai keragaman, yang menginformasikan
kepada karyawan mengenai keragaman
budaya.
3.
Tanggung
Jawab kepada Pemagang Saham.
Perusahaan bertanggung jawab untuk
memuaskan pemiliknya (para pemegang saham). Karyawan dapat tergoda untuk
membuat keputusan yang memuaskan kepentingan mereka sendiri dan bukannya
kepentingan pemilik saham. Pemegang saham yang paling aktif adalah institusional
investors (investor institusional) atau lembaga keuangan yang membeli sejumlah
besar saham. Jika satu investor institusional yakin bahwa perusahaan
dikelola dengan buruk, maka investor tersebut dapat mencoba untuk eksekutif
perusahaan dan menyatakan ketidakpuasannya. Investor tersebut juga dapat
mencoba berkolaborasi dengan investor institusional lain yang juga memiliki
sejumlah besar saham perusahaan. Hal ini memberikan kekuasaan yang lebih besar
untuk melakukan negosiasi karena eksekutif perusahaan kemungkinan besar akan
mendengarkan investor institusional yang secara kolektif memiliki sejumlah
besar saham perusahaan. Investor institusional tidak mencoba mendikte bagaimana
perusahaan seharusnya dikelola. Melainkan, mereka mencoba untuk memastikan
bahwa menajer perusahaan mengambil keputusan kepentingan seluruh pemegang saham.
4.
Tanggung
Jawab terhadap Kreditor.
Perusahaan bertanggung jawab untuk
memenuhi kewajiban keuangannya kepada kreditor. Jika suatu perusahaan mengalami
masalah keuangan dan tidak mampu memenuhi kewajibannya, maka perusahaan
tersebut harus menginformasikan hal ini kepada kreditornya. Suatu perusahaan
memiliki insentif yang kuat untuk memenuhi tanggung jawabnya terhadap kreditor.
Jika perusahaan tidak membayar utangnya kepada kreditor, perusahaan tesebut
dapat dipaksa pailit.
5.
Tanggung
Jawab terhadap Lingkungan.
Kualitas lingkungan adalah kebaikan
publik, dimana setiap orang menikmatinya tanpa peduli siapa yang membayar
untuknya. Jika suatu produk yang dihasilkan suatu perusahaan tentunya membawa
dampak negatif terhadap lingkungan (pencemaran lingkungan) seperti :
a)
Polusi
Udara.
Beberapa proses produksi menimbulkan
efek polusi udara yang sangat berbahaya bagi lingkungan masyarakat karena bisa
menimbulkan penyakit dan gangguan saluran pernapasan.
b)
Polusi
Tanah.
Perusahaan harus mempunyai suatu
strategi yang mengarah pada pencegahan terhadap polusi tanah. Misalkan,
perusahaan merevisi produksi dan pengemasan guna mengurangi jumlah limbah.
Perusahaan juga harus menyimpan limbah beracunnya ditempat yang khusus untuk
limbah beracun dan perusahaan juga bisa mendaur ulang untuk membatasi
penggunaan bahan baku yang pada akhirnya akan menjadi limbah padat. Ada banyak
perusahaan yang memiliki program lingkungan yang didesain untuk mengurangi
kerusakan lingkungan.
c)
Polusi
Air.
Pencemaran air mengacu pada perubahan
fisik, biologi, kimia dan kondisi badan air yang akan mengganggu keseimbangan
ekosistim.
6.
Tanggung
Jawab terhadap Komunitas.
Suatu perusahaan ketika mendirikan
bisnisnya di suatu komunitas, maka perusahaan tersebut menjadi bagian
dari komunitas itu dan mengandalkan komunitas tersebut sebagai pelanggan dan
karyawannya. Perusahaan mendemonstrasikan acara-acara lokal atau memberikan
sumbangan ke yayasan lokal.
H.
Evaluasi
dan Jawaban
H.1 Pilihan
ganda, pilihlah salah satu huruf a, b, c, dan d yang dianggap paling benar !
1. Pengertian
etika adalah ...
a. Semangat
atau dorongan untuk melakukan suatu kegiatan dengan sopan santun.
b. Dorongan
batin dalam diri seseorang untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu.
c. Membantu manusia untuk bertindak
secara bebas tetapi dapat dipertanggungjawabkan.
d. Aturan
yang ditunjukan untuk manusia.
2. Salah
satu indikator dari etika adalah ...
a.
Indikator
etika bisnis menurut ekonomi.
b. Indikator
etika bisnis menurut perusahaan.
c. Indikator
etika bisnis menurut politik.
d. Indikator
etika bisnis menurut sejarah.
3. Kegiatan
yang menyangkut etika bisnis dikelompokkan menjadi tiga, yakni ...
a. Kegiatan
perdagangan, kegiatan pemasaran, produksi.
b. Etika
produsen, etika bisnis dalam pemasaran, kegiatan jasa.
c.
Etika
kegiatan jasa, kegiatan perdagangan, etika bisnis dalam pemasaran.
d. Kegiatan
produksi barang atau jasa, kegiatan pemasaran, etika kegiatan produsen.
4. Ada
berapa tahapan dalam kerangka kerja ?
a. Satu
tahapan.
b. Dua
tahapa.
c. Tiga
tahapan.
d.
Empat
tahapan.
5. Salah
satu masalah etika bisnis adalah ...
a. Masalah
horizontal.
b. Masalah
perilaku.
c. Masalah sistematik.
d. Masalah
keuangan.
6. Berikut ini yang bukan merupakan pendekatan dasar
menurut Von
der Embse dan R.A. Wagley dalam artikelnya di Advance Managemen Jouurnal (1988)…
a.
Utilitarian Approach.
b.
Individual Rights Approach.
c.
Justice Approach.
d.
Community left Approach.
7. Tahap ketiga dalam kerangka kerja menurut Zimmerer
adalah …
a. Membuat pilihan
alternative dan membedakan antara respons dan bukan etika.
b. Mengakui dimensi-dimensi etika yang ada sebagai suatu
alternatif atau suatu keputusan.
c. Memilih respon etika yang terbaik dan mengimplementasikannya.
d. Mengidentifikasikan stakeholders kunci yang terlibat dalam
pengambilan keputusan.
8. Cara untuk melakukan kegiatan
bisnis, yang mencangkup seluruh aspek yang berkaitan dengan individu,
perusahaan dan juga masyarakat
disebut…
a. Etika
bisnis.
b.
Masalah
bisnis.
c.
Prinsip
bisnis.
d.
Indikator
bisnis.
9.
Sikap
dan kemampuan manusia untuk bertindak berdasarkan kesadarannya sendiri disebut….
a.
Prinsip
ekonomi.
b.
Prinsip
kebaikan.
c. Prinsip
otonomi.
d.
Prinsip
keadilan.
10.
suatu
konsep bahwa organisasi, khususnya perusahaan memiliki suatu tanggung jawab
terhadap konsumen, karyawan, pemegang saham, komunitas dan lingkungan dalam
segala aspek operasional perusahaan disebut…
a.
Corporate
Sociality Media.
b.
Communication
Group.
c.
Project
Individuality Central.
d.
Corporate Social Responsibility.
H.1 Essai, jawablah
pertanyaan ini dengan singkat, jelas, dan benar !
1. Bagaimana penerapan etika
bisnis oleh perusahaan ?
Jawaban
: Penerapan etika bisnis di perusahaan sangat lah penting, karena dengan
menerapkan etika bisnis di perusahaan maka perusahaan akan nyaman dan damai. Etika bisnis juga sangat di perlukan dalam
mengambil keputusan dan menyelesaikan persoalan yang ada.
2. Jelaskan hubungan antara
etika dan hukum!
Jawaban
: Etika dapat dipandang sebagai sarana orientasi bagi usaha
manusia untuk menjawab suatu pertanyaan yang fundamental yaitu bagaimana manusia
harus hidup dan bertindak. Hukum memuat ajaran-ajaran, wejangan-wejangan, patokan-patokan agar manusia
menjadi hidup yang lebih baik dan bertindak agar menjadi
manusia yang berakal.
Etika merupakan filsafat/pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran dan
pandangan moral. Jadi, etika dan norma sangat berhubungan untuk membantu
manusia.
3. Bagaimana manfaat etika
bisnis bagi seorang pengusaha?
Jawaban :
Jawaban :
a.
Perusahaan mendapatkan kepercayaan dari konsumen.
Perusahaan yang jujur akan menciptakan konsumen yang loyal. Bahkan konsumen akan merekomendasikan kepada orang lain untuk menggunakan produk tersebut.
Perusahaan yang jujur akan menciptakan konsumen yang loyal. Bahkan konsumen akan merekomendasikan kepada orang lain untuk menggunakan produk tersebut.
b.
Citra perusahaan di mata konsumen baik.
Dengan citra yang baik maka
perusahaan akan lebih dikenal oleh masyarakat dan produknya pun dapat mengalami
peningkatan penjualan.
c.
Meningkatkan motivasi pekerja.
Karyawan akan bekerja
dengan giat apabila perusahaan tersebut memiliki citra yang baik dimata
perusahaan.
d.
Keuntungan perusahaan dapat di peroleh.
Etika adalah berkenaan
dengan bagaimana kita hidup pada saat ini dan mempersiapkan diri untuk masa
depan. Bisnis yang tidak punya rencana untuk menghasilkan keuntungan bukanlah
perusahaan yang beretika.
4. Bagaimana dampak negatif bila pengusaha tidak menjalankan
usaha sesuai dengan etika bisnis?
Jawaban : Apabila seorang pengusaha tidak menjalan
usahanya sesuai dengan etika bisnis maka sebuah perusahaan tersebut tidak akan
mempunyai keunggulan untuk bersaing dengan perusahaan yang lainnya.
5. Bagaimana manfaat etika
bisnis bagi seorang pengusaha? Berikan contohnya !
Jawaban :
a. Dapat meningkatkan
kredibilitas suatu perusahaan. karena etika telah dijadikan sebagai corporate
culture. Hal ini terutama penting bagi perusahaan besar yang karyawannya tidak
semuanya saling mengenal satu sama lainnya. Dengan adanya etika bisnis, secara
intern semua karyawan terikat dengan standard etis yang sama, sehingga akan
mefigambil kebijakan/keputusan yang sama terhadap kasus sejenis yang timbul.
b. Dapat membantu
menghilangkan grey area (kawasan kelabu) dibidang etika. (penerimaan komisi,
penggunaan tenaga kerja anak, kewajiban perusahaan dalam melindungi lingkungan
hidup).
c. Menyediakan bagi perusahaan
dan dunia bisnis pada umumnya, kemungkinan untuk mengatur diri sendiri (self
regulation).
d. Bagi perusahaan yang telah
go publik dapat memperoleh manfaat berupa meningkatnya kepercayaan para
investor. Selain itu karena adanya kenaikan harga saham, maka dapat menarik
minat para investor untuk membeli saham perusahaan tersebut.
I.
Glosarium
A
Advertensi :Iklan dalam media masa cetak atau elektronik untuk
menawarkan barang. 21
Agresif :Cenderung
ingin menyerang sesuatu yang dipandang sebagai hal atau situasi yang
mengecawakan, menghalagi, atau menghambat. 21
Apresiasi :Penilaian terhadap sesuatu. 1
Aspek :Kesan atau bayangan
visual yang ditimbulkan. 1,16,17,20
C
Citra :Gambaran yang dimiliki
orang banyak mengenai pribadi, perusahaan,organisasi, atau produk. 2
D
Distorsi :Pemutarbalikan fakta. 17
Dividen :Bagian laba atau pendapatan
perusahaan yang besarnya ditetapkan oleh direksi serta disahkan oleh rapat
pemegang saham untuk dibagikan kepada pemegang saham. 20
E
Efisiensi :Ketepatan cara (usaha,kerja)
dalam menjalankan sesuatu (dengan tidak membuang waktu, tenaga, biaya). 2,4,7,8
Etis :Sesuai dengan asas
perilaku yang disepakati secara umum.8,12
Evaluasi :Penilaian. 10
F
Fluktuasi :Gejala yang menunjukan turun
naiknya harga.
I
Implemetasi :Penerapan atau pelaksanaan. 10
Indikator :Petunjuk atau keterangan. 2,3
Insentif :Tambahan penghasilan yang
diberikan untuk meningkatkan gairah kerja. 24
Institusional :Bersifat kelembagaan. 23
Integritas :Mutu, sifat, atau keadaan yang
menunjukan kesatuan yang utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang
memancarkan kewibawaan atau kejujuran. 3
Intimidasi :Tindakan menakut-nakuti (terutama
untuk memaksa orang atau pihak lain untuk berbuat sesuatu) gertakan atau
ancaman. 14
Intuisi :Daya atau kemampuan
mengetahui atau memahami sesuatu tanpa dipikirkan atau disadari. 10
Investor :Orang yang menanamkan uang atau
modal dalam usaha dengan tujuan mendapatkan keuntungan. 23
K
Katabelece :Surat atau nota dari pejabat kepada
bawahan yg meminta agar apa yg tercantum dalam surat tsb diperhatikan /
dilaksanakan ( surat sakti ). 4
Kolaborasi :Kerja sama. 23
Kolektif :Secara bersama atau secara
gabungan. 22
Komersial :Bernilai niaga tinggi,
kadang-kadang mengorbankan nilai-nilai lain. 11
Kongkalikong :Tidak jujur dalam melakukan sesuatu yang
tidak baik.4
Konsekuen :Sesuai dengan apa yang telah
direncanakan atau diperbuat, berwatak teguh, tidak menyimpang dari apa yang
telah diputuskan. 4,5,6,20,21
Konsisten :Tetap (tidak berubah-ubah).4,6,10
Koridor :Jalur yang menghubungkan dua
bagian. 1
Kredibilitas :Perihal yang dapat dipercaya. 14
Kreditor :Yang
berpiutang atau memberikan kredit. 5,24
L
Leverage :Pengaruh. 14
M
Manipulasi :Upaya kelompok atau perseorangan
untuk memengaruhi perilaku, sikap, dan pendapat orang lain tanpa orang itu
menadarinya. 4
Material :Bahan yang akan dipakai untuk
membuat barang lain. 1
Mengkaji :Menelaah atau memeriksa. 9
Menyoroti :Mengawasi atau mengamati. 8,18
Mitra :Rekan kerja. 1,4
Moralitas :Segala sesuatu yang berhubungan
dengan etiket atau sopan santun. 13
Moral :Akhlak atau sikap. 1,2,5,12
Moril :Bantuan bantuan yang berupa
sokongan batin, bantuan moral. 11
P
Pailit :Jatuh atau bangkrut. 24
Pesat :Cepat. 4
Problematik :Hal yang masih belum dapat dipecahkan.
11
R
Revisi :Pemeriksaan kembali untuk
perbaikan. 24
S
Saham :Pemilikan bagian modal pada
suatu perusahaan. 1,17,18,20,23
Spontan :Melakukan sesuatu tanpa dipikir
atau direncanakan. 14
Stakeholder :Pihak yang berkepentingan seperti
pemerintah atau organisasi. 9
Survei :Teknik riset dengan memberi
batas yang jelas atau data. 21
T
Tamak :Selalu ingin memperoleh banyak untuk diri sendiri. 5
Transformasi :Perubahan berupa bentuk, sifat, dan sebagainya. 4
Tidak ada komentar:
Posting Komentar