Pages

Kamis, 07 Maret 2013

Epistemologi


EPISTEMOLOGI

Secara etimologi, epistemologi merupakan kata gabung dari dua kata dalam bahasa Yunani, yaitu episteme dan logos. Episteme artinya pengetahuan, sedangkan logos lazim dipakai untuk menunjukkan adanya pengetahuan sistematik. Epistemologi dapat diartikan sebagai pengetahuan sistematik mengenai pengetahuan. Selain itu epistemologi juga disebut logika, yaitu ilmu tentang pikiran. Akan tetapi, logika dibedakan menjadi dua, yaitu logika minor dan logika mayor. Logika minor mempelajari struktur berpikir dan dalil-dalilnya, seperti silogisme. Logika mayor mempelajari hal pengetahuan, kebenaran, dan kepastian yang sama dengan lingkup epistemologi.

Epistemologi juga dikaitkan bahkan disamakan dengan suatu disiplin yang disebut Critica, yaitu pengetahuan sistematik mengenai kriteria dan patokan untuk menentukan pengetahuan yang benar dan yang tidak benar. Critica berasal dari kata Yunani, krimoni, yang artinya mengadili, memutuskan, dan menetapkan. Mengadili pengetahuan yang benar dan yang tidak benar memang agak dekat dengan episteme sebagai suatu tindakan kognitif intelektual untuk mendudukkan sesuatu pada tempatnya.

Epistemologi adalah pengetahuan sistematik mengenai pengetahuan. Ia merupakan salah satu cabang filsafat yang membahas tentang terjadinya pengetahuan, sumber pengetahuan, asal mula pengetahuan, metode atau cara memperoleh pengetahuan, validitas dan kebenaran pengetahuan.           

Pranarka menyatakan bahwa sejarah epistemologi dimulai pada zaman Yunani kuno, ketika orang mulai mempertanyakan secara sadar mengenai pengetahuan dan merasakan bahwa pengetahuan merupakan faktor yang amat penting yang dapat menentukan hidup dan kehidupan manusia. Pandangan itu merupakan tradisi masyarakat dan kebudayaan Athena. Tradisi dan kebudayaan Spharta, lebih melihat kemauan dan kekuatan sebagai satu-satunya faktor. Athena mungkin dapat dipandang sebagai basisnya intelektualisme dan Spharta merupakan basisnya voluntarisme.

Zaman Romawi tidak begitu banyak menunjukkan perkembangan pemikiran mendasar sistematik mengenai pengetahuan. Hal itu terjadi karena alam pikiran Romawi adalah alam pikiran yang sifatnya lebih pragmatis dan ideologis.

Pada zaman dahulu masyarakat primitif, pembedaan antara berbagai organisasi kemasyarakatan belum tampak, yang di akibatkan belum adanya pembagian pekerjaan. Seorang ketua suku, umpamanya, bias merangkap berbagai pekerjaan contonya hakim, penghulu yang menikahkan, panglima perang, guru besar / tukang tenung. Jadi sekali kita menempati status tertentu dalam jenjang kemasyarakatan maka status itu akan tetap, kemanapun kita pergi, sebab organisasi pada masa itu hakekatnya hanya satu.

Jadi kriteria yang menjadi konsep dasar pada waktu dulu. Semua menyatu dalam kesatuan, tidak ada jarak antara satu objek dengan objek yg lain. Konsep dasar ini baru mengalami perubahan fundamental dengan berkembangnya Abad Penalaran (The Age of Reason) pada pertengahan abad ke-17.

Pohon pengetahuan mulai di bedakan berdasarkan apa yang di ketahui , bagaimana cara mengetahui, dan untuk apa pengetahuan itu di pergunakan. Cabang pengetahuan berkembang menurut jalannya sendiri (ilmu berbeda dengan pengetahuan lain terutama dari segi metodenya). Metode ilmu berbeda dengan ngelmu yang merupakan paradima. Paradima bukan ilmu melainkan sarana berfikir yaitu konsep dasar yang dianut oleh masyarakat tertentu termasuk ilmuan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar